Dunia game kembali dihebohkan oleh kolaborasi tak terduga antara dua waralaba besar namun berbeda genre: Tekken 8, game fighting legendaris dari Bandai Namco, dan Atelier Yumia, game JRPG baru dari lini Atelier milik Gust dan Koei Tecmo. Kolaborasi ini awalnya disambut dengan rasa penasaran yang tinggi, karena dinilai unik dan potensial membawa angin segar. Namun sayangnya, setelah resmi diumumkan dan sebagian kontennya dirilis, justru menuai banyak kekecewaan dari para gamer.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa kolaborasi ini dianggap gagal memenuhi ekspektasi? Berikut ulasannya secara lengkap.
![]() |
Tekken 8 x Atelier Yumia |
Kolaborasi Dua Dunia yang Terlalu Jauh
Salah satu alasan utama kekecewaan gamer berasal dari perbedaan gaya dan semangat antara Tekken dan Atelier. Tekken dikenal sebagai game dengan nuansa gelap, serius, penuh aksi brutal dan cerita keluarga yang penuh konflik. Sementara Atelier Yumia merupakan game JRPG dengan visual anime imut, tema ringan, dan nuansa fantasi penuh warna.
Alih-alih menghadirkan integrasi konten yang harmonis, kolaborasi ini justru terasa dipaksakan. Banyak pemain Tekken merasa bahwa kehadiran elemen Atelier, seperti kostum cerah dan efek visual "imut", mengganggu atmosfer serius Tekken. Di sisi lain, pemain Atelier juga merasa franchise mereka "diperalat" hanya untuk konten kosmetik.
![]() |
Tekken 8 |
Konten Kolaborasi Kurang Bermakna
Konten yang dihadirkan dalam kolaborasi ini terbatas pada:
- Kostum karakter bergaya Atelier untuk karakter Tekken
- Emote dan efek sihir seperti di game JRPG
- Soundtrack remix ringan dari Atelier Yumia
- Beberapa kosmetik tambahan seperti latar panggung dan efek kemenangan
Sayangnya, semua konten ini bersifat kosmetik semata, tanpa ada gameplay tambahan, mode cerita crossover, atau karakter baru dari Atelier yang bisa dimainkan. Bagi banyak gamer, konten seperti ini dianggap kurang layak untuk disebut sebagai kolaborasi besar, apalagi jika harus dibeli sebagai DLC berbayar.
Kekecewaan juga semakin membesar ketika Bandai Namco mengumumkan bahwa paket kolaborasi ini dijual terpisah, dengan harga cukup mahal untuk konten yang hanya sebatas visual. Banyak pemain merasa bahwa monetisasi agresif ini tidak sebanding dengan nilai yang diberikan.
Kritik ini muncul di berbagai forum seperti Reddit, X (Twitter), dan komunitas Steam. Beberapa pemain bahkan menyebut kolaborasi ini sebagai “cash grab” yang tidak menghormati basis penggemar kedua game.
Tidak Sesuai Ekspektasi Penggemar Setia
Para penggemar Tekken 8 sebelumnya sempat berharap kolaborasi dengan game fighting lain, atau bahkan crossover dengan karakter Bandai Namco seperti dari SoulCalibur atau Tales of Arise. Harapan ini sirna ketika yang muncul justru konten fantasi ringan dari JRPG yang tak berkaitan langsung dengan semangat Tekken.
Banyak yang menyayangkan keputusan ini, terlebih Tekken 8 sedang berada di puncak popularitas sejak rilis, dan ini dinilai sebagai momentum yang "terbuang percuma".
Kolaborasi Tekken 8 x Atelier Yumia menjadi pelajaran penting bahwa crossover antar game harus mempertimbangkan kesesuaian tema, ekspektasi pemain, dan nilai kontennya. Meski ide membawa kejutan bisa menarik perhatian, namun eksekusi yang kurang tepat justru bisa menurunkan kredibilitas dan membuat komunitas kecewa.
Apakah Bandai Namco akan mendengar kritik ini dan menyesuaikan strategi kolaborasi berikutnya? Waktu yang akan menjawab. Namun untuk saat ini, kolaborasi ini tampaknya lebih banyak menuai keluhan ketimbang pujian.
0 Komentar